blog saya

Selasa, 22 Maret 2011

Sejarah Kabupaten Karawang

Sejarah Singkat Karawang


Sekitar Abad XV Masehi, Agama Islam masuk ke Karawang yang dibawa oleh ulama besar Syeikh Hasanudin bin Yusup Idofi dari Champa yang terkenal dengan sebutan Syeikh Quro. Pada masa itu daerah Karawang sebagian besar masih merupakan hutan belantara dan berawa-rawa.

Keberadaan daerah Karawang yang telah dikenal sejak Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Daerah Bogor, karena Karawang pada masa itu merupakan jalur lalu lintas yang sangat penting untuk menghubungkan Kerajaan Pakuan Pajajaran dengan Galuh Pakuan yang berpusat di Daerah Ciamis.

Luas Wilayah Kabupaten Karawang pada saat itu, tidak sama dengan luas Wilayah Kabupaten Karawang pada masa sekarang. Pada waktu itu luas Wilayah Kabupaten Karawang meliputi Bekasi, Purwakarta, Subang dan Karawang sendiri .

Setelah Kerajaan PaJajaran runtuh pada tahun 1579 Masehi, pada tahun 1580 Masehi berdiri Kerajaan Sumedanglarang sebagai penerus Kerajaan Pajajaran dengan Rajanya Prabu Geusan Ulun. Kerajaan Islam Sumedanglarang, pusat pemerintahannya di Dayeuhluhur dengan membawahi Sumedang, Galuh, Limbangan,Sukakerta dan Karawang.

Pada tahun 1608 Prabu Geusan Ulun wafat dan digantikan oleh putranya Ranggagempol Kusumahdinata. Pada masa itu di Jawa Tengah telah berdiri Kerajaan Mataram dengan Rajanya Sultan Agung (1613 - 1645). Salah satu cita-cita Sultan Agung pada masa pemerintahannya adalah dapat menguasai Pulau Jawa dan mengusir Kompeni (Belanda) dari Batavia.

Ranggagempol Kusumahdinata sebagai Raja Sumendanglarang masih mempunyai hubungan keluarga dengan Sultan Agung dan mengakui kekuasaan Mataram. Maka pada Tahun 1620, Ranggagempol Kusumahdinata menghadap ke Mataram dan menyerahkan kerajaan Sumedanglarang di bawah naungan Kerajaan Mataram.

Ranggagempol Kusumahdinata oleh Sultan Agung diangkat menjadi Bupati (Wadana) untuk tanah Sunda dengan batas-batas wilayah disebelah Timur Kali Cipamali, disebelah Barat Kali Cisadane, disebelah Utara Laut Jawa, dan disebelah Selatan Laut Kidul.

Pada Tahun 1624 Ranggagempol Kusumahdinata wafat, dan sebagai penggantinya Sultan Agung mengangkat Ranggagede, Putra Prabu Geusan Ulun.

Ranggagempol II, putra Ranggagempol Kusumahdinata yang semestinya menerima tahta kerajaan, merasa disisihkan dan sakit hati. Kemudian beliau berangkat ke Banten untuk meminta bantuan Sultan Banten agar dapat menaklukkan Kerajaan Sumedanglarang dengan imbalan apabila berhasil, maka seluruh wilayah kekuasaan Sumedanglarang akan diserahkan kepada Banten.

Sejak itu banyak tentara Banten yang dikirim ke Karawang terutama di sepanjang Sungai Citarum, di bawah Pimpinan Sultan Banten bukan saja untuk memenuhi permintaan Ranggagempol II, Tetapi merupakan awal usaha Banten untuk menguasai Karawang sebagai persiapan merebut kembali pelabuhan Banten yang telah dikuasai oleh Kompeni (Belanda), yaitu pelabuhan Sunda Kelapa.

Masuknya tentara Banten ke Karawang beritanya telah sampai ke Mataram. Pada Tahun 1624, Sultan Agung mengutus Surengrono (Aria Wirasaba) dari Mojo Agung, Jawa Timur untuk berangkat ke Karawang dengan membawa 1000 Prajurit dengan keluarganya, dari Mataram melalui Banyumas dengan tujuan untuk membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik dengan membangun gudang-gudang beras dan meneliti rute penyerangan Mataram ke Batavia.

Langkah awal yang dilakukan Aria Surengrono adalah dengan mendirikan 3 (tiga) Desa yaitu Waringinpitu (Telukjambe), Desa Parakansapi (di Kecamatan Pangkalan yang sekarang telah terendam Waduk Jatiluhur) dan Desa Adiarsa (Sekarang ternlasuk di Kecamatan Karawang Barat), dengan pusat kekuatan di ditempatkan di Desa Waringinpitu.

Karena jauh dan sulitnya hubungan antara Karawang dengan Mataram, Aria Wirasaba belum sempat melaporkan tugas yang sedang dilaksanakan kepada Sultan Agung. Keadaan ini menjadikan Sultan Agung mempunyai angqapan bahwa tuqas yang diberikan kepada Aria Wirasaba gagal dilaksanakan.

Demi menjaga keselamatan Wilayah Kerajaan Mataram sebelah barat, pada tahun 1628 dan 1629, bala tentara Kerajaan Mataram diperintahkan Sultan Agung untuk melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia. Namun serangan ini gagal disebabkan keadaan medan yang sangat berat. Sultan Agung kemudian menetapkan Daerah Karawang sebagai pusat logistik yang harus mempunyai pemerintahan sendiri dan langsung berada dibawah pengawasan Mataram serta harus dipimpin oleh seorang pemimpin yang cakap dan ahli perang sehingga mampu menggerakkan masyarakat untuk membangun pesawahan guna mendukung pengadaan logistik dalam rencana penyerangan kembali terhadap VOC (belanda) di Batavia.

Pada tahun 1632, Sultan Agung mengutus kembali Wiraperbangsa Sari Galuh dengan membawa 1.000 prajurit dengan keluarganya menuju Karawang. Tujuan pasukan yang dipimpin oleh Wiraperbangsa adalah membebaskan Karawang dari pengaruh Banten, mempersiapkan logistik sebagai bahan persiapan melakukan penyerangan terhadap VOC (Belanda) di Batavia, sebagaimana halnya tugas yang diberikan kepada Aria Wirasaba yang dianggap gagal.

Tugas yang diberikan kepada Wiraperbangsa dapat dilaksanakan dengan baik dan hasilnya langsung dilaporkan kepada Sultan Agung. Atas keberhasilannya Wiraperbangsa oleh Sultan Agung dianugrahi jabatan Wedana (Setingkat Bupati) di Karawang dan diberi gelar Adipati Kertabumi III serta diberi hadiah sebilah keris yang bernama "Karosinjang".

Setelah penganugrahan gelar tersebut yang dilakukan di Mataram, Wiraperbangsa bermaksud akan segera kembali ke Karawang, namun sebelumnya beliau singgah dahulu ke Galuh untuk menjenguk keluarganya.Atas takdir IIlahi Beliau kemudian wafat saat berada di Galuh.

Setelah Wiraperbangsa Wafat, Jabatan Bupati di Karawang dilanjutkan oleh putranya yang bernama Raden Singaperbangsa dengan gelar Adipati Kertabumi IV yang memerintah pada tahun 1633-1677.

Pada abad XVII kerajaan terbesar di Pulau Jawa adalah Mataram, dengan raja yang terkenal yaitu Sultan Agung Hanyokrokusumo. la tidak menginginkan wilayah Nusantara diduduki atau dijajah oleh bangsa lain dan ingin mempersatukan Nusantara.

Dalam upaya mengusir VOC yang telah menanamkan kekuasaan di Batavia, Sultan Agung mempersiapkan diri dengan terlebih dahulu menguasai daerah Karawang, untuk dijadikan sebagai basis atau pangkal perjuangan dalam menyerang VOC.

Ranggagede diperintahnya untuk mempersiapkan bala tentara/prajurit dan logistik dengan membuka lahan-Iahan pertanian, yang kemudian berkembang menjadi lumbung padi.

Tanggal 14 September 1633 Masehi, bertepatan dengan tanggal 10 Maulud 1043 Hijriah, Sultan Agung melantik Singaperbangsa sebagai Bupati Karawang yang pertama, sehingga secara tradisi setiap tanggal 10 Maulud diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Karawang.

Berawal dari sejarah tersebut dan perjuangan persiapan proklamasi kemerdekaan RI, Karawang lebih dikenal dengan julukan sebagai kota pangkal perjuangan dan daerah lumbung padi Jawa Barat.

SEJARAH KABUPATEN SUBANG

 SEJARAH KABUPATEN SUBANG



Prasejarah

Bukti adanya kelompok masyarakat pada masa prasejarah di wilayah Kabupaten Subang adalah ditemukannya kapak batu di daerah Bojongkeding (Binong), Pagaden, Kalijati dan Dayeuhkolot (Sagalaherang). Temuan benda-benda prasejarah bercorak neolitikum ini menandakan bahwa saat itu di wilayah Kabupaten Subang sekarang sudah ada kelompok masyarakat yang hidup dari sektor pertanian dengan pola sangat sederhana.
Selain itu, dalam periode prasejarah juga berkembang pula pola kebudayaan perunggu yang ditandai dengan penemuan situs di Kampung Engkel, Sagalaherang.

Hindu

Pada saat berkembangnya corak kebudayaan Hindu, wilayah Kabupaten Subang menjadi bagian dari 3 kerajaan, yakni Tarumanagara, Galuh, dan Pajajaran. Selama berkuasanya 3 kerajaan tersebut, dari wilayah Kabupaten Subang diperkirakan sudah ada kontak-kontek dengan beberapa kerajaan maritim hingga di luar kawasan Nusantara. Peninggalan berupa pecahan-pecahan keramik asal Cina di Patenggeng (Kalijati) membuktikan bahwa selama abad ke-7 hingga abad ke-15 sudah terjalin kontak perdagangan dengan wilayah yang jauh. Sumber lain menyebutkan bahwa pada masa tersebut, wilayah Subang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda. Kesaksian Tome’ Pires seorang Portugis yang mengadakan perjalanan keliling Nusantara menyebutkan bahwa saat menelusuri pantai utara Jawa, kawasan sebelah timur Sungai Cimanuk hingga Banten adalah wilayah kerajaan Sunda.

fosil

Islam

Masa datangnya pengaruh kebudayaan Islam di wilayah Subang tidak terlepas dari peran seorang tokoh ulama, Wangsa Goparana yang berasal dari Talaga, Majalengka. Sekitar tahun 1530, Wangsa Goparana membuka permukiman baru di Sagalaherang dan menyebarkan agama Islam ke berbagai pelosok Subang.

Kolonialisme

Pasca runtuhnya kerajaan Pajajaran, wilayah Subang seperti halnya wilayah lain di P. Jawa, menjadi rebutan berbagai kekuatan. Tercatat kerajaan Banten, Mataram, Sumedanglarang, VOC, Inggris, dan Kerajaan Belanda berupaya menanamkan pengaruh di daerah yang cocok untuk dijadikan kawasan perkebunan serta strategis untuk menjangkau Batavia. Pada saat konflik Mataram-VOC, wilayah Kabupaten Subang, terutama di kawasan utara, dijadikan jalur logistik bagi pasukan Sultan Agung yang akan menyerang Batavia. Saat itulah terjadi percampuran budaya antara Jawa dengan Sunda, karena banyak tentara Sultan Agung yang urung kembali ke Mataram dan menetap di wilayah Subang. Tahun 1771, saat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sumedanglarang, di Subang, tepatnya di Pagaden, Pamanukan, dan Ciasem tercatat seorang bupati yang memerintah secara turun-temurun. Saat pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles (1811-1816) konsesi penguasaan lahan wilayah Subang diberikan kepada swasta Eropa. Tahun 1812 tercatat sebagai awal kepemilikan lahan oleh tuan-tuan tanah yang selanjutnya membentuk perusahaan perkebunan Pamanoekan en Tjiasemlanden (P & T Lands). Penguasaan lahan yang luas ini bertahan sekalipun kekuasaan sudah beralih ke tangan pemerintah Kerajaan Belanda. Lahan yang dikuasai penguasa perkebunan saat itu mencapai 212.900 ha. dengan hak eigendom. Untuk melaksanakan pemerintahan di daerah ini, pemerintah Belanda membentuk distrik-distrik yang membawahi onderdistrik. Saat itu, wilayah Subang berada di bawah pimpinan seorang kontrilor BB (bienenlandsch bestuur) yang berkedudukan di Subang.

Nasionalisme

Tidak banyak catatan sejarah pergerakan pada awal abad ke-20 di Kabupaten Subang. Namun demikian, Setelah Kongres Sarekat Islam di bandung tahun 1916 di Subang berdiri cabang organisasi Sarekat Islam di Desa Pringkasap (Pabuaran) dan di Sukamandi (Ciasem). Selanjutnya, pada tahun 1928 berdiri Paguyuban Pasundan yang diketuai Darmodiharjo (karyawan kantor pos), dengan sekretarisnya Odeng Jayawisastra (karyawan P & T Lands). Tahun 1930, Odeng Jayawisastra dan rekan-rekannya mengadakan pemogokan di percetakan P & T Lands yang mengakibatkan aktivitas percetakan tersebut lumpuh untuk beberapa saat. Akibatnya Odeng Jayawisastra dipecat sebagai karyawan P & T Lands. Selanjutnya Odeng Jayawisastra dan Tohari mendirikan cabang Partai Nasional Indonesia yang berkedudukan di Subang. Sementara itu, Darmodiharjo tahun 1935 mendirikan cabang Nahdlatul Ulama yang diikuti oleh cabang Parindra dan Partindo di Subang. Saat Gabungan Politik Indonesia (GAPI) di Jakarta menuntut Indonesia berparlemen, di Bioskop Sukamandi digelar rapat akbar GAPI Cabang Subang untuk mengenukakan tuntutan serupa dengan GAPI Pusat.

Jepang

Pendaratan tentara angkatan laut Jepang di pantai Eretan Timur tanggal 1 Maret 1942 berlanjut dengan direbutnya pangkalan udara Kalijati. Direbutnya pangkalan ini menjadi catatan tersendiri bagi sejarah pemerintahan Hindia Belanda, karena tak lama kemudian terjadi kapitulasi dari tentara Hindia Belanda kepada tentara Jepang. Dengan demikian, Hindia Belanda di Nusantara serta merta jatuh ke tangan tentara pendudukan Jepang. Para pejuang pada masa pendudukan Belanda melanjutkan perjuangan melalui gerakan bawah tanah. Pada masa pendudukan Jepang ini Sukandi (guru Landschbouw), R. Kartawiguna, dan Sasmita ditangkap dan dibunuh tentara Jepang.

Merdeka

Proklamasi Kemerdekaan RI di Jakarta berimbas pada didirikannya berbagai badan perjuangan di Subang, antara lain Badan Keamanan Rakyat (BKR), API, Pesindo, Lasykar Uruh, dan lain-lain, banyak di antara anggota badan perjuangan ini yang kemudian menjadi anggota TNI. Saat tentara KNIL kembali menduduki Bandung, para pejuang di Subang menghadapinya melalui dua front, yakni front selatan (Lembang) dan front barat (Gunung Putri dan Bekasi). Tahun 1946, Karesidenan Jakarta berkedudukan di Subang. Pemilihan wilayah ini tentunya didasarkan atas pertimbangan strategi perjuangan. Residen pertama adalah Sewaka yang kemudian menjadi Gubernur Jawa Barat. Kemudian Kusnaeni menggantikannya. Bulan Desember 1946 diangkat Kosasih Purwanegara, tanpa pencabutan Kusnaeni dari jabatannya. Tak lama kemudian diangkat pula Mukmin sebagai wakil residen. Pada masa gerilya selama Agresi Militer Belanda I, residen tak pernah jauh meninggalkan Subang, sesuai dengan garis komando pusat. Bersama para pejuang, saat itu residen bermukim di daerah Songgom, Surian, dan Cimenteng. Tanggal 26 Oktober 1947 Residen Kosasih Purwanagara meninggalkan Subang dan pejabat Residen Mukmin yang meninggalkan Purwakarta tanggal 6 Februari 1948 tidak pernah mengirim berita ke wilayah perjuangannya. Hal ini mendorong diadakannya rapat pada tanggal 5 April 1948 di Cimanggu, Desa Cimenteng. Di bawah pimpinan Karlan, rapat memutuskan : 1.Wakil Residen Mukmin ditunjuk menjadi Residen yang berkedudukan di daerah gerilya Purwakarta. 2.Wilayah Karawang Timur menjadi Kabupaten Karawang Timur dengan bupati pertamanya Danta Gandawikarma. 3.Wilayah Karawang Barat menjadi Kabupaten Karawang Barat dengan bupati pertamanya Syafei. Wilayah Kabupaten Karawang Timur adalah wilayah Kabupaten Subang dan Kabupaten Purwakarta sekarang. Saat itu, kedua wilayah tersebut bernama Kabupaten Purwakarta dengan ibukotanya Subang. Penetapan nama Kabupaten Karawang Timur pada tanggal 5 April 1948 dijadikan momentum untuk kelahiran Kabupaten Subang yang kemudian ditetapkan melalui Keputusan DPRD No. : 01/SK/DPRD/1977.



http://subang.go.id

kab crb

SWP PUSAT WILAYAH KECAMATAN PRIORITAS KERJA  
A CILEDUG Ciledug, Losari, Pabedilan,  Pertanian, Peternakan, 
    Gebang, Babakan, Pabuaran, Argo Industri, Pariwisata, 
    Waled, dan Pasaleman Jasa dan Perdagangan
B LEMAHABANG Lemahabang, Sedong, Beber, Pertanian, Peternakan, 
    Susukanlebak, Greged,  Pariwisata, Industri, 
    Karangsembung, Karrangwareng, Jasa Perdagangan  
    Pangenan, Astanajapura dan Pertambangan  
    dan Mundu      
C SUMBER Sumber, Talun, Kedawung Pusat Pemerintahan, 
    Gunug Jati, Tengahtani, Plered, Pertanian, Peternakan, Jasa
    Weru dan Plumbon Sentar Industri, Pariwisata & Pedagangan
D PALIMANAN Palimanan, Klangenan, Depok, Pertanian, Pedagangan,
    Dukupuntang, Gempol, Sentar Industri, Jasa, Perdagangan
    Ciwaringin dan Jamblang dan Pertambangan  
E ARJAWINANGUN Arjawinangun, Gegesik, Susukan, Pertanian, Peternakan, Argo Industri
    Kaliwedi, Panguragan, Kapetakan Pariwisata, Industri, 
    dan Suranenggala Jasa dan Perdagangan

PARIWISATA

PARIWISATA



TAMAN REKREASI PLANGON
Obyek wisata plangon berlokasi di kelurahan Babakan kecamatan Sumber 10 km dari kota Cirebon. Tempat rekreasi dengan panorama alam yang indah yang di huni oleh sekelompok kera liar. Selain selain tempat rekreasi, terdapat juga makam Pangeran Kejaksandan Pangeran Panjunan .
Puncak acaranya biasa di masa ziarah Plangon tgl 2 syawal, 11 Dzulhijjah dan 27 Rajab. Untuk pengembangan wisata ini meliputi lahan sekitar 10 Ha, dan status tanah ini milik Kesultanan. Kapasitas pengunjung rata-rata sekitar 58.000 pengunjung/tahun. Obyek ini cukup mempunyai prospek untuk di kembangkan , peluang terbuka untuk pengelola lokasi wisata dan wisata dan bangunan makam.
KAWASAN WISATA GUNUNG JATI
Kawasan Perziarahan makam Sunan Gunung Jati yang terletak di desa Astana kecamatan Cirebon Utara, sekitar 6 km dari Kota Cirebon yang di lintasi jalur Cirebon Indramayu. Kawasan ini telah di kenal luas, bahkan hingga ke mancanegara. kawasan ini potensial untuk di tingkatkan menjadi obyek wisata utama, dan tempat ziarah di Cirebon pada khususnya dan untuk pengunjung luar juga pada umumnya, di samping tetap melestarikan sebagai tempat peziarahan.
Arahan pengembangan kawasan wisata makam Sunan Gunung Jati seluas 20 Ha telah di tuangkan dalam RDTR. Dalam pembangunnya dapat di padukan dalam situs kesejarahan yang tersebar di wilayah Kabupaten Cirebon seperti makam Nyi Mas Ganda Sari dan makam Ki Gede Trusmi. Pemerintah Kabupaten Cirebon mengundang pada calon investor untuk menata lahan parkir yang belum optimal dengan pola bagi hasil.
KURA-KURA BELAWA
Lokasi wisata ini berjarak kira-kira 25 km dari kota Sumber ke arah timur. Obyek wisata ini memiliki daya tarik dari kura-kura yang mempunyai ciri khusus di punggung dengan nama latin Aquatic Tortose Ortilia norneensis
Menyimpan legenda menarik tentang keberadaannya di desa belawa kecamatan Sedong. Menurut penelitian merupakan spesies kura-kura yang langka dan patut di lindungi keberadaannya. Obyek wisata ini di rencanakan untuk di kembangkan menjadi kawasan yang lebih lengkap Taman kura-kura ( Turle park ) atau "taman reptilia". Sektor swasta dapat bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Cirebon untuk pengelolaan taman kura-kura tersebut.
SITU PATOK
Luas Situ Patok 175 Ha yang terletak di desa Setu Patok sekitar 6 km dari kota Cirebon ke arah Tegal, obyek wisata ini selain mempunyai panorama indah juga tersedia sarana rekreasi air dan pemancingan.
Lokasi ini berpotensi untuk di kembangkan sekitar lahan 7 Ha, dengan status tanah negara . prasarana yang di perlukan pembuatan dermaga, pengadaan perahu motor dan sarana pemancingan. serta pembangunan rumah makan yang arstistik. Jalan ke arah lokasi cukup baik dan lebar, jaringan aliran listrik sudah tersedia dan saat ini minat masyarakat untuk mengunjungi wisata ini cukup banyak.
SITU SEDONG
Terletak di desa Sedong sekitar 20 km dari arah Cirebon, dengan luas lahan 62,5 Ha.
Selain mempunyai panorama yang indah, Situ Sedong ini juga di sebut pula "situ pengasingan" yang merupakan tempat rekreasi air dan pemancingan. pihak pemerintah Kabupaten Cirebon mengundang para investor untuk bermitra dalam pengelolaan wisata ini.
BANYU PANAS PALIMANAN
Obyek wisata ini terletak di desa Palimanan Barat kecamatan Palimanan sekitar 16 km dari Cirebon ke arah Bandung.
Obyek wisata ini merupakan pemandian air panas dengan kadar belerang yang di percaya dapat menyebuhkan penyakit kulit. Pemandian air panas ini ada di sekitar bukit Gunung Kapur Gunung Kromong yang mempunyai keistimewaan mata air selalu berpindah pindah. Pihak investor diundang untuk mengembangkan lokasi ini untuk dijadikan wisata spa.

KAWASAN WISATA CIPERNA
Kawasan ini berada di tepi jalan raya Cirebon Kuningan dengan kontur tanah berbukit berjarak 5 km ke selatan dari kota Cirebon, berada pada ketinggian 200 m di atas permukaan laut.
Daya tarik utama kawasan ini adalah keindahan pemandangan kota Cirebon dengan latar belakang laut lepas ke arah utara, sedangkan ke arah selatan Gunung Ciremai di suasana yang menarik. Berdasarkan Peraturan Daerah nomor 25 tahun 1996, kawasan wisata "Ciperna" ditetapkan seluas 300 Ha yang di pertunjukan bagi 5 (lima) ruang kawasan pengembangan antara lain:
1.       Kawasan wisata Agro Griya. Pembangunan Agro Griya dalam bentuk rumah kebun yang dapat di sewakan dengan fasilitas Hotel Bintang.
2.       Kawasan wisata Agro Tirta Pembangunan Agro Tirta dalam bentuk pembuatan danau buatan yang di lengkapi rekreasi air.
3.       Kawasan Agro Wisata I
4.       Kawasan Agro Wisata II. Agro wisata I dan II di arahkan dalam bentuk Pembangunan kawasan perkebunan mangga gedong gincu, srikaya, atau tanaman jenis lainnya. Di samping itu membangun track olah raga yang dapat menyesuaikan dengan kontur tanah sekitarnya.
5.       Kawasan Land Mark. Sarana dan prasarana yang ada di antara lainya:
·         Beberapa dilikasi strategis di tepi jalan raya Cirebon Kuningan
·         Tesedia jalur listrik PLN
·         Tesedia jalur telepon umum
·         Tersedia air bersih melalui PDAM atau air tanah
KAWASAN WISATA CIKALAHANG
Kawasan Cikalahang merupakan kawasan yang baru berkembang dengan daya dukung alam. sasaran wisatawan pada awalnya adalah obyek wisata Telaga Remis yang di kelola oleh perum perhutani KPH Kuningan dan berada di wilayah Kuningan .
Hingga saat ini kawasan Telaga Remis masih menarik wisatawan yang dapat di andalkan dari segi income. Akan tetapi jalan menuju obyek wisata ini adalah melalui desa Cikalahang yang berada di wilayah Kabupaten Cirebon, sehingga keberadaan memberikan keuntungan bagi masyarakat sekitar usaha lain sebagai daya pendukung. Di samping itu juga kawasan Cikalahang telah berkembang menjadi suatu kawasan yang mempunyai daya tarik sendiri yaitu dari usaha restoran/rumah makan ikan bakar. Dengan banyaknya peminat menjadi wilayah itu berkembang pesat menjadi daya tarik wisata makan, sehingga pada hari-hari libur penuh dikunjungi wisatawan.
Menjual keadaan alam yang menarik dengan sumber air dari kaki Gunung Ciremai yang tidak pernah kering, sangat memungkinkan untuk membuka peluang usaha kolam renang yang bersifat alami dengan fasilitas modern serta bumi perkemahan.
Kawasan wisata Cikalahang terletak sekitar 6 km dari Ibukota Kabupaten Cirebon di Sumber dan 1 km dari jalan alternatif Cirebon Majalengka dengan dengan lingkungan alam yang masih asri.
KAWASAN BONDET
Kabupaten Cirebon hingga saat ini belum memiliki kawasan wisata yang berada di lingkungan alam pantai dengan suasana alami dan menyajikan makanan ikan laut yang masih segar. Kawasan Bondet terletak di Desa Mertasinga Kecamatan Kapetakan merupakan kawasan yang belum terpakai/dimanfaatkan secara maksimal.
Dengan lokasi yang berdekatan dengan obyek wisata Gunung Jati, merupakan pelabuhan nelayan dan terdapat pasar ikan laut/tempat pelangan ikan, berada di lingkungan nelayan, memiliki adat upacara Nadran ( pesta laut ).
Dengan menjadikan kawasan Bondet menjadi kawasan wisata laut merupakan kelanjutan setelah berziarah ke Gunung Jati diharapkan akan menarik wisatawan. Disamping itu kawasan Bondet merupakan kawasan yang dapat menyediakan makanan laut (seafood) dengan suasana pantai.
Untuk para calon investor di persilakan dalam menata dan mengelola lokasi yang masih asli ini untuk di jadikan wisata laut/pantai.
KAWASAN GEBANG
Lokasi Kawasan di Tepi Pantai Gebang Kec.Gebang/TPI Gebang ilir berada di jalan Pantura (Jalan - Brebes JawaTengah).
Peluang:
  • Pembangunan Wisata Pantai
  • Rumah Makan Seafood
  • Panggung Terbuka
  • Perahu Wisata
  • Layang-layang
  • Sepeda Air


Wisata Kuliner

Wisata Kuliner PDF Print E-mail
Tahu Gejrot
Tahu gejrot yang berasal dari Kecamatan Ciledug adalah tahu matang yang berwarna coklat, disajikan dalam wadah yang terbuat dari tanah liat dan berbentuk seperti coet/cobek namun agak tipis, diberi taburan irisan bawang merah dan cabe rawit mentah dengan kuah yang dimasak dengan gula merah.
Rasa tahu gejrot yang manis pedas sangat diminati banyak kalangan, tak heran penjual tahu gejrot banyak ditemui di daerah lain di Pulau Jawa, terutama di Jakarta.

Nasi Lengko
Nasi lengko adalah nasi putih yang dicampur dengan irisan tahu dan tempe, toge, mentimun serta kucai kemudian diberi saus kacang (seperti bumbu lotek) dan kecap khas Cirebon.

Empal Gentong
Empal Gentong berasal dari sekitar Plered. Empal gentong berasal dari daging sapi yang dimasak di dalam gentong serta api dari kayu bakar dengan kuah mirip soto. Rasanya sangat segar dengan campuran nasi atau lontong. Sekarang tersedia pula Empal Asem, yaitu empal gentong tanpa santan, sangat aman untuk mereka yang menghindari santan.

Sega Jamblang
Sega Jamblang disebut juga Nasi Jamblang. Keunikan nasi jamblang terletak pada nasinya yang dibungkus daun jati. Lauk pauknya terdiri dari aneka masakan seperti sayur tahu, tahu goreng, tempe tepung, tempe goreng, otak sapi, ikan tongkol, daging, sate kentang, sate usus, pepes rajungan, dan lain-lain.
Sega Jamblang berasal dari Kecamatan Jamblang, sangat cocok dijadikan makan siang ataupun makan malam.

Docang
Docang terdiri dari lontong iris yang diberi kuah agak asam dengan aroma dage (oncom), toge dan daun singkong serta taburan kelapa parut. Sangat nikmat dimakan pedas dan panas. Di Cirebon populer sebagai hidangan makan pagi.

Kerupuk Sambel
Salah satu kerupuk yang terkenal dari Kabupaten Cirebon adalah kerupuk melarat, yaitu kerupuk kanji yang berwarna-warni. Bagi masyarakat Cirebon, menikmati kerupuk melarat harus dengan sambal, yang terbuat dari cabai merah, air, garam, gula merah dan sedikit asam jawa. Sambal lainnya terbuat dari oncom yang oleh masyarakat Cirebon dikenal sebagai dage, yaitu dage, air, garam dan cabe rawit yang dihaluskan kemudian disiramkan di atas kerupuk.
Kerupuk sambel ini banyak juga disajikan dengan kangkung dan toge, biasanya disebut juga dengan nama rujak sambel asem, karena sambalnya yang bercita rasa asam manis pedas.


Penganan dari Tahu
Di Desa Cipeujeuh Kecamatan Lemahabang terdapat rumah makan yang menyajikan aneka penganan dari tahu (kedelai), yaitu tahu, mulai dari tahu gejrot, pepes tahu, pepes tahu jamur bakar hingga susu kedelai. 



 http://cirebonkab.go.id

Event Pariwisata Upacara Adat

Event Pariwisata Upacara Adat PDF Print E-mail
Syawalan Gunung Jati (8 Syawal)
Upacara tahlilan/selamatan Sultan Cirebon dan para kerabatnya dengan berpakaian adat kebesaran berkunjung ke makam Gunung Jati Desa Astana (6 Km dari Kota Cirebon), dalam acara ini juga banyak berdatangan para peziarah dari masyarakat Cirebon dan sekitarnya termasuk juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa , bahkan luar Jawa.
Ganti Welit
Upacara yag dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara dilakukan oleh masyarakat Trusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Mulud.
Rajaban (27 Rajab)
Upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan dari kedua Pangeran tersebut. Dilaksanakan setiap 27 Rajab. Terletak di obyek wisata Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
Ganti Sirap
Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
Mauludan (8-12 Rabiul Awal)
Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
Salawean Trusmi (20-25 Rabiul Awal)
Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Di samping itu juga dilaksanakan tahlilan.
N a d r a n (10 Rajab)
Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai (tempat berlabuh nelayan) dengan waktu kegiatan bervariasi.
 
Event Pariwisata Upacara Adat PDF Print E-mail
Syawalan Gunung Jati (8 Syawal)
Upacara tahlilan/selamatan Sultan Cirebon dan para kerabatnya dengan berpakaian adat kebesaran berkunjung ke makam Gunung Jati Desa Astana (6 Km dari Kota Cirebon), dalam acara ini juga banyak berdatangan para peziarah dari masyarakat Cirebon dan sekitarnya termasuk juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa , bahkan luar Jawa.
Ganti Welit
Upacara yag dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara dilakukan oleh masyarakat Trusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Mulud.
Rajaban (27 Rajab)
Upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan dari kedua Pangeran tersebut. Dilaksanakan setiap 27 Rajab. Terletak di obyek wisata Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
Ganti Sirap
Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
Mauludan (8-12 Rabiul Awal)
Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
Salawean Trusmi (20-25 Rabiul Awal)
Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Di samping itu juga dilaksanakan tahlilan.
N a d r a n (10 Rajab)
Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai (tempat berlabuh nelayan) dengan waktu kegiatan bervariasi.
 
Event Pariwisata Upacara Adat PDF Print E-mail
Syawalan Gunung Jati (8 Syawal)
Upacara tahlilan/selamatan Sultan Cirebon dan para kerabatnya dengan berpakaian adat kebesaran berkunjung ke makam Gunung Jati Desa Astana (6 Km dari Kota Cirebon), dalam acara ini juga banyak berdatangan para peziarah dari masyarakat Cirebon dan sekitarnya termasuk juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa , bahkan luar Jawa.
Ganti Welit
Upacara yag dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara dilakukan oleh masyarakat Trusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Mulud.
Rajaban (27 Rajab)
Upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan dari kedua Pangeran tersebut. Dilaksanakan setiap 27 Rajab. Terletak di obyek wisata Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
Ganti Sirap
Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
Mauludan (8-12 Rabiul Awal)
Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
Salawean Trusmi (20-25 Rabiul Awal)
Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Di samping itu juga dilaksanakan tahlilan.
N a d r a n (10 Rajab)
Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai (tempat berlabuh nelayan) dengan waktu kegiatan bervariasi.
 
Event Pariwisata Upacara Adat PDF Print E-mail
Syawalan Gunung Jati (8 Syawal)
Upacara tahlilan/selamatan Sultan Cirebon dan para kerabatnya dengan berpakaian adat kebesaran berkunjung ke makam Gunung Jati Desa Astana (6 Km dari Kota Cirebon), dalam acara ini juga banyak berdatangan para peziarah dari masyarakat Cirebon dan sekitarnya termasuk juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa , bahkan luar Jawa.
Ganti Welit
Upacara yag dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara dilakukan oleh masyarakat Trusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Mulud.
Rajaban (27 Rajab)
Upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan dari kedua Pangeran tersebut. Dilaksanakan setiap 27 Rajab. Terletak di obyek wisata Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
Ganti Sirap
Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
Mauludan (8-12 Rabiul Awal)
Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
Salawean Trusmi (20-25 Rabiul Awal)
Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Di samping itu juga dilaksanakan tahlilan.
N a d r a n (10 Rajab)
Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai (tempat berlabuh nelayan) dengan waktu kegiatan bervariasi.
 
Event Pariwisata Upacara Adat PDF Print E-mail
Syawalan Gunung Jati (8 Syawal)
Upacara tahlilan/selamatan Sultan Cirebon dan para kerabatnya dengan berpakaian adat kebesaran berkunjung ke makam Gunung Jati Desa Astana (6 Km dari Kota Cirebon), dalam acara ini juga banyak berdatangan para peziarah dari masyarakat Cirebon dan sekitarnya termasuk juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa , bahkan luar Jawa.
Ganti Welit
Upacara yag dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara dilakukan oleh masyarakat Trusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Mulud.
Rajaban (27 Rajab)
Upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan dari kedua Pangeran tersebut. Dilaksanakan setiap 27 Rajab. Terletak di obyek wisata Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
Ganti Sirap
Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
Mauludan (8-12 Rabiul Awal)
Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
Salawean Trusmi (20-25 Rabiul Awal)
Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Di samping itu juga dilaksanakan tahlilan.
N a d r a n (10 Rajab)
Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai (tempat berlabuh nelayan) dengan waktu kegiatan bervariasi.
 
Event Pariwisata Upacara Adat PDF Print E-mail
Syawalan Gunung Jati (8 Syawal)
Upacara tahlilan/selamatan Sultan Cirebon dan para kerabatnya dengan berpakaian adat kebesaran berkunjung ke makam Gunung Jati Desa Astana (6 Km dari Kota Cirebon), dalam acara ini juga banyak berdatangan para peziarah dari masyarakat Cirebon dan sekitarnya termasuk juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa , bahkan luar Jawa.
Ganti Welit
Upacara yag dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara dilakukan oleh masyarakat Trusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Mulud.
Rajaban (27 Rajab)
Upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan dari kedua Pangeran tersebut. Dilaksanakan setiap 27 Rajab. Terletak di obyek wisata Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
Ganti Sirap
Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
Mauludan (8-12 Rabiul Awal)
Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
Salawean Trusmi (20-25 Rabiul Awal)
Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Di samping itu juga dilaksanakan tahlilan.
N a d r a n (10 Rajab)
Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai (tempat berlabuh nelayan) dengan waktu kegiatan bervariasi.
 
Event Pariwisata Upacara Adat PDF Print E-mail
Syawalan Gunung Jati (8 Syawal)
Upacara tahlilan/selamatan Sultan Cirebon dan para kerabatnya dengan berpakaian adat kebesaran berkunjung ke makam Gunung Jati Desa Astana (6 Km dari Kota Cirebon), dalam acara ini juga banyak berdatangan para peziarah dari masyarakat Cirebon dan sekitarnya termasuk juga dari berbagai daerah di Pulau Jawa , bahkan luar Jawa.
Ganti Welit
Upacara yag dilaksanakan setiap tahun di Makam Kramat Trusmi untuk mengganti atap makam keluarga Ki Buyut Trusmi yang menggunakan Welit (anyaman daun kelapa). Upacara dilakukan oleh masyarakat Trusmi. Biasanya dilaksanakan pada tanggal 25 bulan Mulud.
Rajaban (27 Rajab)
Upacara dan ziarah ke makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Plangon. Umumnya dihadiri oleh para kerabat dari keturunan dari kedua Pangeran tersebut. Dilaksanakan setiap 27 Rajab. Terletak di obyek wisata Plangon Kelurahan Babakan Kecamatan Sumber kurang lebih 1 Km dari pusat kota Sumber.
Ganti Sirap
Upacara yang dilaksanakan setiap 4 tahun sekali di makam kramat Ki Buyut Trusmi untuk mengganti atap makam yang menggunakan Sirap. Biasanya dimeriahkan dengan pertunjukan wayang Kulit dan Terbang.
Mauludan (8-12 Rabiul Awal)
Upacara adat yang dilaksanakan setiap bulan Mulud (Maulud) di Makam Sunan Gunung Jati. Yaitu kegiatan membersihkan / mencuci Pusaka Keraton yang dikenal dengan istilah Panjang Jimat. Sedangkan pusat kegiatan dilaksanakan di Keraton.
Salawean Trusmi (20-25 Rabiul Awal)
Salah satu kegiatan ziarah yang dilaksanakan di Makam Ki Buyut Trusmi. Di samping itu juga dilaksanakan tahlilan.
N a d r a n (10 Rajab)
Nadran atau pesta laut seperti umumnya dilaksanakan oleh nelayan dengan tujuan untuk keselamatan dan upacara terima kasih kepada Sang Pencipta yang telah memberikan rezeki. Dilaksanakan dihampir sepanjang pantai (tempat berlabuh nelayan) dengan waktu kegiatan bervariasi.

 

http://cirebonkab.go.id